woensdag 3 juli 2013

sejarah suku toudano

SEJARAH SINGKAT "SUKU TOUNDANO" *
(abad ke- XV; tahun eksak tidak terusut lagi).

Setelah terjadi pemb agian bahasa serta penetapan religi(posan/pelii) di "Tu'ur in Tana' (pusat- , dasar- , bumi) nama ini diganti dengan "Watu Pinawètèngan" (batu di mana telah diadakan pembagian).
Selang rapat pembagian berjalan, didirikan 4 buah pondok, yaitu:
1. Arah Barat daya untuk suku TOUNTÈMBOAN = orang yang memiliki peti-pusaka;
2. Arah Barat laut untuk suku Toumbulu' =orang yang berdiam di gunung;
3. Arah Timu rlaut untuk suku Tounsèa =orang yang berdiam ditempat punuh tumbuhan SÈA (Monochoria Tinctoria Roxb.);
4. Arah Tenggara untuk suku Tountumaratas =orang yang telah memutuskan; Kata Asal "ta'tas = tebang, putus".

Dengan dilengkapi tanda-pengenal (Posan) masing-masing, berangkatlah keempat suku tersebut kearah yang telah ditentukaqn, yaitu -berdasarkan letak pondok masing-masing .
Pada awalnya terbagi dalam kelompok-kelompok kecil.

Suku TOUNDANO pada saät terjadi pembagian, disebut TOURIKERAN** adakalanya TOU SENDANGAN =orang dari Timur, yang jauh sebelumnya datang dari Tumaratas ***.
Dalam pembagian di mana suku Toundano dengan nama Tountumaratas, ditetapkan tempat menetap adalah di arah Tenggara dengan dibekali tanda pengenal (Posan) berupa tiga-potong bulu (2 dipotong rata, sebuah miring).

Rombongan pertama suku Toundano terdiri dari:
1. KAUNER (Toulian) menetap di Pulau-kecil yang terletak antara dua ujung sungai, Timur dan Barat.
2. TEMBERAN (Toulumambot) pada bagian lurus sebelah Timur sungai,menghadap pulau tersebut.
3. KINAKAS (Kakas) = dicakar; menempati bagian Selatan danau.
4. RINEMBOK (Remboken) = bunyi dengkur, menempati bgn Barat danau.

Rombongan kedua masih menetap di Tumaratas, rombongan ini kemudian membagikan diri dalam dua kelompok.
Satu kelompok berangkat menuju tempat yang telah ditetapkan (Tenggara) di bawah pimpinan TIWATU, RUMAWEI, WELONG, TIMBELER dan TUMANGKAR
yang secara berurut telah mendirikan negeri-negeri RO'ONG-WANGKO', RO'ONG-OKI', SAMBERONG, TOUMASEM dan PAKASINGEN.
Kelompok yang lain dengan berakit dari negeri ATEP (di laut Maluku) berlayar menuju Tenggara, tapi sesaät akan menyeberangi Selat UPUS/KORA2 badai mengamuk sehingga alat berlayar yang serba primitif terbawa hanyut sampai ke Tifore di Ternate, di mana sebelumnya telah hadir kelompok LEWU SINGAL.

Selang beberapa waktu mereka mulai berupaya untuk kembali ke tanah MALESUNG(Minaesa) dan mendarat di Batu Putih dekat Tanjung Pulisan.
Di sini mereka bangun dua buah negeri dengan nama masing-masing LUMIAN dan LUMAMBOT. Letak kedua negeri ini dekat pantai, sehingga ketika terjadi angin topan kedua negeri ini hancur.
Maka perjalanan dilanjuntukan menuju pedalaman sampai tiba di perkampungan Pakasingen (lihat di atas) yang telah didirikan oleh Tumangkar dengan tanda pengenal serupa.
Sayang ditempat ini mereka tidak "welkom".

Apa yang akan tercantum di bawah ini adalah "cerita peninggalan" dari
sdr. Kilapong yang bermukim di negeri/kampung TUTU' (Toundano) dan dari ibunda penyusun silsilah ini, demikian bunyinya:
"...leluhur dotu Eurungan bersama suku-kerabat setelah tiba pada bagian Walak Tounsèa, mendaki Gn TAMPOROK (Gn Kalabat). Setiba di puncak gunung tertampak dikejauhan arah Selatan, terbentang dataran keabu-abuan yang menyerupai kain taplak terbentang lebar; ternyata adalah sebuat danau.
Maka ditentukan untuk menetap di sana. Sesuai keputusan bersama, berangkatlah mereka...".

* a. "Historische Verhalen...", hlm 265,266; oleh J.E. Jasper.
b. "De Minahasa in 1825", hlm 466,467,553,554,dst; oleh J.G.F. Riedel.
c. "Tijdschrift voor Indische Taal, Land- en Volkenkunde" deel XX,
th 1873 ("Oud Tondano", hlm 364; oleh L. Mangindaan).
** Tourikeran artinya "dikelilingi -" dengan katalain
"banyak rakyat" Kata Dasar "riker"= bentuk lingkaran.
*** Tumaratas terletak sekitar negeri KANONANG yang sekarang sebelum
negeri Pinabetengan.

Setiba ditempat ini mereka membangun rumah-rumah di atas rakit dan dengan demikian berdiam di atas air.
Oleh keadaan pemukiman seperti ini, mereka di sebut TOU MAYUREN * = manusia berapung (KD "ayur"= terapung). Pemimpin adalah dotu Eurungan.
Walak ini lahir sekitar tahun 1500.
Merekapun bergabung dengan KAUNER & TEMBERAN yang memiliki tanda pengenal serupa.

Sekitar tahun 1550 mereka mulai mendiami bagian daratan dan mendirikan lima buah perkampungan **, yaitu:
1. TOUKURAMBER dipimpin oleh Touna'as LONGKIA;
2. TUTU dipimpin oleh Touna'as KAWENGIAN;
3. WANUA URU dipimpin oleh Touna'as NELWAN;
4. WEROT dipimpin oleh Touna'as Mononimbar;
5. WANGA dipimpin oleh Touna'as Rakian.

Selang sepuluh tahun berikut mereka terlanda rupa-rupa malapetaka, berupa wabah cacar yang menelan sebagian besar dari penduduk.
Kemudian kegagalan panen selama 4/5 tahun. Maka di ambil keputusan
untuk membangun negeri yang baru pada bagian Utara tepi danau.
Rumah-rumah dibangun di atas balok-balok dan kembali mereka mendiami
tempat di atas air.
Dengan terkumpulnya kelima kampung tersebut maka lahirlah saat itu satu
grup suku sebagai walak dengan bimbingan yang tertua sebagai Kapala- Walak, dotu Erungan, dari Walak-Toundano.

Suku Tountèmboan menyebut mereka "Toundano" (= - yang
berdiam di air) ***
Sedangkan Suku Tounsèa & Toumbulu' menyebutnya "Toulour" (= -
yang berdiam di danau).

Sebermula telah tertulis bahwa penduduk TOULIANG & TOULUMAMBOT
berasal dari suku-induk TOUTUMARATAS.
Di sini perlu diterangkan bagaimana sampai nama-nama tersebut terlahir.
KAUNER artinya terlampau ketengah (ditengah-tengah sekali).
Mereka pergi mendiami pulau kecil-berawa, terletak antara dua buah mulut-
sungai yang kemudian bergabung dan mengalir menjadi satu. Dengan demikian terlahir nama sebutan "ditengah sekali, dikeliling air", tempat ini suka di sebut juga MINAWANUA artinya "bekas perkampungan"; dan setelah perang ketiga (terakhir) antara suku Toundano vs. Belanda, tempat ini suka disebut juga MORAYA (kata peninggalan Spanyol "muralla" = benteng pertahanan)/
TEMBERAN artinya sungai besar ****. Mereka pergi mendiami sisi-mulut- sungai sebelah Timur dari Pulau yang didiami rombongan "Kauner".

TOULIAN artinya - yang mendiami bagian lengkung.
Nama ini terlahir karena tempat kediaman mereka terletak pada bagian lengkung danau di sebelah Barat-Laut. Dikemudian hari pada akhir nama ini dibubuhi abjad "g" dan menjadi Touliang.
TOULUMAMBOT artinya - yang mendiami bagian lurus/memanjang.
Mereka membangun perkampungan pada perpanjangan/lurus sebelah Utara danau; KD "Lambot"= panjang.
Sekarang mereka bernama TOULIMAMBOT.
Nama ini ditulis berbentuk dua, yaitu Toulumambot & Toulimambot.
Perbedaan letak pada "penentuan waktu/saat".
Kata sisipan "um" menunjukkan "waktu sekarang" pada "saat itu" mendiami bagian lurus. Sedangkan kata sisipan "im" menyatakan "waktu lampau, apa yang telah lalu" atau "pernah ada/pernah terjadi".

Dr.W.R. Hoevëll menulis dalam "Fragment van een Reisverhaal", hl 27,
th 1856; mengenai ciri-ciri suku Toundano sbb: "...mereka sangat terikat dengan pemimpin-pemimpinnya, setia akan perjanjian dan suka berperang.

N. Graafland menulis dalam "MNZG", September 1880, hl 404, tentang hal ini, sebagai berikut: "bersemangat, gembira, berani dan tabah".

KAKAS; Mereka adalah yang paling tidak tenang dari seluruh (suku-) Toundano, yang selalu bergolak.

REMBOKEN (pada umumnya); Senang berdiskusi (praten als Brugman = bercakap-cakap serupa Brugman).

Brugman adalah nama dari seorang anggota-biara dalam abad ke- 15, yaitu Padri Johannes Brugman yang memiliki banyak kata-kata yang dibawanya dalam berhotbah secara sangat bersemangat, sehingga terlahir ucapan/pepatah "bercakap-cakap serupa Brugman".

* dari "Historische Verhalen ..." oleh J.E. Jasper; hl 266.
** dari "Oud Tondano" oleh L. Mangindaan; hl 364 (dlm "Tijdschrift Voor Taal, Land- en Volkenkunde).
*** lihat juga keterangan F.S. Watuseke "Salangkew een Mythische Vogel
uit Tondano"; dlm BKI, hl 113, 343, 344; th 1957.
**** dari "En Tinateran en Lelila'an Walanda-
Toundano", hl 166; oleh F.S. Watuseke.

Silsilah Keluarga Gerungan 1500-1990 oleh Boeng Dotulong

Geen opmerkingen: