dinsdag 9 juli 2013

KUKIS CUCUR

KUKIS CUCUR 32 RENDA....

12 september 2011 om 18:31
KUKIS CUCUR,BY:FRISKY TANDAYU.http://minahasaku.blogspot.com/2011/07/kukis-cucur-32-renda-kukisnya-para.html
Bagi Tou Minahasa, kue yang satu ini pasti dikenal. Bisa ditemukan di acara-acara suka maupun duka. Tapi, kebanyakan orang melebel kue ini sebagai “kukis orang mati”. Ini tentu hanya mitos, sebab yang namanya kue, tetap saja kue. Dalam suasana apa saja, ia bisa disajikan. Mungkin, karena kue ini sering ditemukan di malam penghiburan di bangsal kedukaan, tiga malam atau acara mingguan.

Namanya “kue cucur”. Dalam bahasa Melayu Manado, “kue” disebut “kukis”. Nama “cucur” tak terlalu jelas apa artinya. Kalau ditanya apa arti “cucur” kebanyakan Tou Minahasa hanya akan mengatakan bahwa sejak mereka tahu “kukis” itu, namanya sudah “cucur”. Tak tahu apa artinya. Mungkin, karena itulah sehingga kue ini sering dilekatkan dengan mitos-mitos tertentu.

Kukis Cucur telah lama dikenal oleh Tou Minahasa. Bahkan kini kebanyakan mengklaim bahwa kue ini adalah khas dari Minahasa. Tempo dulu, menurut penuturan sejumlah orang, kue ini sering disajikan kepada tamu kehormatan. Sebab selain enak, kukis cucur ini memiliki bentuk yang khas. Bagian pinggirannya memiliki banyak renda. Renda pada bagian pinggirannya pun terbentuk sendiri ketika digoreng. Butuh keahlian khusus dalam membuat adonan kukis cucur yang dapat menghasilkan renda di bagian pinggirannya.

Menurut Tante Masye Sulu, seorang perempuan asal Wanua Pinabetengan yang sudah bertahun-tahun membuat kukis cucur, untuk menghasilkan renda syaratnya haruslah menggunakan tepung beras asli dan “gula batu” atau gula aren yang diolah dengan baik. Kukis cucur yang terbaik memiliki 32 renda. Entah, apa artinya. Yang jelas kebanyakan Tou Minahasa memiliki pemahaman yang seperti itu. “Jadi kalo torang mo beking kukis yang barenda, torang musti pake topong beras yang nda campur tepung terigu. Depe gula batu lei musti tu bagus, yang nda mengandung kelapa,” ujar Tante Masye ketika ditemui Waleta Minahasa saat sedang meracik adonan kukis cucur di wanua Pinabetengan.

            Sekarang ini, untuk membuat kukis cucur, orang sudah menambahkan tepung terigu. Maksudnya agar jumlah kukis cucur yang dihasilkan lebih banyak. Selain itu, karena tepung terigu mudah didapat dan harganya masih lebih murah dari tepung beras, dan juga praktis karena tidak perlu lagi diolah. Di warung-warung, kebanyakan menjual tepung terigu yang siap pakai. “Sekarang orang so ja campur tepung terigu, supaya depe hasil kukis cucur banyak. Apalagi, tepung terigu torang gampang mo dapa, kong so nda perlu lei mo ba giling voor mo dapa depe topong,” ujar tante Masye.

            Di zaman ketika mesin giling tepung belum umum di Minahasa, untuk mendapatkan tepung beras, tou Minahasa harus menumbuk beras di lisung yang terbuat dari kayu. Membutuhkan tenaga ekstra untuk menumbuk beras. Karena harus beberapa kali ditumbuk, baru kemudian bisa mendapatkan tepung beras. Beras yang ditumbuk harus juga diayak menggunakan alat ayakan. Ini untuk mendapatkan tepung beras. Biasanya, hal ini beberapa kali dilakukan sebelum semuanya menjadi tepung beras.

            Sekarang zaman sudah berubah. Masih dengan bahan yang sama, yaitu beras, tapi sudah lebih mudah karena di mana-mana sudah tersedia mesin giling tepung. Sehingga, membuat kukis cucur di zaman ini sudah sangat mudah. Yang tidak berubah dari kukis cucur ini adalah warnanya yang merah kecoklat-coklatan dan rasanya yang legit. Dan memang kukis cucur bentuknya “item legit”, kata orang orang Jawa.

            Kukis cucur paling “sadap” kalo disajikan bersama kopi yang hangat. Kukis cucur juga cocok disantap di sore hari ketika menikmati waktu istirahat setelah seharian bekerja. Apalagi, kalo disantap bersama keluarga di bagian place rumah. “Maar sebenarnya, kukis ini, biasa orang bilang “kukis rame-rame”, lantaran satu kali torang beking, boleh banyak orang mo makang. Sudara deng birman-birman, boleh mo makang sama-sama,” kata tante Masye.



Kukisnya Para Perawan

Ada cerita menarik seputar kukis cucur ini. Renda di pinggiran kukis cucur, ternyata tidak sekadar soal kencantikkannya. Namun juga, memiliki nilai dan falsafah hidup. Konon, kukis cucur yang memiliki 32 renda hanya dapat dihasilkan dari tangan seorang perawan atau perempuan yang menikah ketika masih perawan. Cerita ini sudah turun temurun di Wanua Pinabetengan. Tentu, sekarang sudah ditafsir secara baru.

“Depe cerita yang turun temurun pa torang, ini kukis mo jadi 32 renda kalo yang ba beking masih perawan atau perempuan yang waktu dia kaweng masih perawan. Kita lei nda tahu ini butul atau cuma cerita,” ujar Tante Masye.

            Di Wanua Pinabetengan sendiri masih banyak orang yang percaya dengan cerita ini. Sehingga, pengantin perempuan yang baru menikah, jika tinggal di rumah menantu, biasanya sang ibu mertua akan menyuruhnya untuk membuat kukis cucur bagi seluruh anggota keluarga. Tapi, sekarang ini, rupanya kebiasaan tersebut hanya mengikuti kebiasaan, sebab tidak ada penilaian atau ganjaran khusus jika kukis cucur yang dibuat si pengantin perempuan tidak menghasilkan 32 rendah. “Sekarang katu, so nda talalu jadi ukuran menilai perawan atau nyanda. Mungkin kurang ja lia akang dia tahu kerja atau nyanda,” terang Tante Masye sambil tertawa.



Cara Membuat

Bahan-bahan kukis cucur mudah didapat dan sangat sederhana. Untuk membuat sekitar 30-an buah kukis cucur bahan-bahan yang kita perlukan adalah: 1 liter beras untuk digiling menjadi tepung beras, “gula batu” kira-kira setengah kilogram dan air putih satu liter (atau disesuaikan dengan kekentalan adonan). Di wanua lain, ditambah juga dengan kayu manis secukupnya. Jika ingin membuat kukis cucur dalam jumlah yang banyak, bisa ditambahkan tepung terigu secukupnya.

Proses pembuatannya tidak rumit. Pertama-tama, didihkanlah air putih dengan gula batu yang dihancurkan hingga gula larut bersama air. Dinginkan larutan gula batu tersebut. Setelah dingin, tambahkan tepung beras, kemudian aduk hingga adonan merata.

Siapkan wajan berisi minyak kelapa yang dipanaskan di atas kompor atau dodika jika masih menggunakan kayu bakar. Nyala api jangan terlalu panas agar kukis cucur yang digoreng tidak mudah hangus. Untuk mengangat kukis cucur yang digoreng kita memerlukan 3 bilah bambu. Agar ukuran kukis cucur yang kita dapat merata, ada baiknya kita menggunakan sloki yang sedang.

Menggoreng kukis cucur  tidak sama dengan menggoreng pisang goreng. Kukis cucur digoreng satu persatu. Lama menggoreng kira-kira 1 menit per satu buah dengan api yang tidak terlalu panas. Bagian yang sudah matang, dibalik agar bagian yang lain juga matang. Kukis cucur yang dipastikan sudah matang, jangan langsung diangkat keluar dari wajan. Gunakan bilah bambu untuk meniriskan minyak dari kukis cucur dengan cara tusukan bila bambu tersebut di bagian tengahnya. Kue cucur yang sudah selesai ditiriskan ditaruh di sosiru atau baskom yang sudah disediakan.  Bilah bambu yang lain digunakan secara bergantian untuk kukis cucur yang lain. Begitu seterusnya yang dilakukan sampai selesai.

Selesailah sudah kita membuat kukis cucur. Tinggal menyantapnya bersama dengan minuman kopi hangat. Jangan lupa ajak suami, istri atau menantu. Kalo banyak yang dibuat ajak juga para birman (tetangga) terdekat agar acara keluarga kita rame.

Geen opmerkingen: